Kamis, 31 Desember 2009

Tuna Rungu

TUNARUNGU

2.1 Pengertian

Keadaan kehilangan pendengaran meliputi seluruh gradasi/tingkatan baik ringan, sedang, berat dan sangat berat, yang akan mengakibatkan pada gangguan komunikasi dan bahasa. Keadaan ini walaupun telah diberikan alat bantu mendengar tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

2.2 Klasifikasi Ketunarunguan :

Berdasarkan Tingkat Kerusakan/Kehilangan Kemampuan Mendengar

  1. Ringan 20 - 40 dB
  2. Sedang 40 – 60 dB
  3. Berat 70 - 90 dB
  4. Berat sekali 90 dB ke atas

2.3 Masalah yang Ditimbulkan Akibat Ketunarunguan
(Menurut: Arthur Boothroyd) :

  1. Persepsi Auditif
  2. Bahasa Dan Komunikasi
  3. Kognisi Dan intelektual
  4. Pendidikan
  5. Vokasional
  6. Masy & Ortu
  7. Sosial
  8. emosi

Gangguan Pendengaran bukan sejak Lahir dapat terdeteksi dengan pemeriksaan speech audiometry

Behaviorial audiometry memeriksa adanya respon anak terhadap rangsang suara-suara tertentu

2.4 Landasan Pemberian Layanan Khusus :

  1. Akibat ketunarunguannya atr tidak mengalami masa pemerolehan bahasa
  2. Akibat berikutnya atr tidak berkembang bahasanya
  3. Akibat miskin bahasa atr mengalami masalah dalam komunikasi dan belajarnya/ pendidikannya

2.5 Mengatasi Berbagai Permasalahan yang Timbul Akibat Ketunarunguan :

  1. Dengan memberikan keterampilan berkomunikasi dan berbahasa
  2. Dengan mengembangkan intelektual, mental, sosial dan emosi
  3. Mengembangkan seluruh aspek kecakapan hidup
  4. Kata: Ludwig Wetgenstein: Batas bahasaku adalah batas duniaku. Berikan anak tunarungu kemampuan berbahasa dan berkomunikasi yang cukup agar dunia mereka menjadi lebih luas

2.6 Cara berkomunikasi dengan Tunarungu :

  • Bicara harus berhadapan dan diusahakan sejajar
  • Harus melihat muka pembicara
  • Jarak harus sesuai dengan daya jangkau penglihatan
  • Bicara wajar dan jangan dibuat-buat
  • Berekspresi dan melodius
  • Cahaya harus cukup terang
  • Mulut tidak tertutup oleh benda lain
  • Artikulasi jelas
  • Kalimat sederhana
  • Pemakaian Isyarat harus simultan

Tuna grahita

TUNA GRAHITA

A. Pengertian Tunagrahita

Ada beberapa pengertian tunagrahita menurut beberapa ahli antara lain:

  • Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata (Somantri,2006:103). Istilah lain untuk siswa (anak) tunagrahitadengan sebutan anak dengan hendaya perkembangan. Diambil dari kata Children with developmental impairment. Kata impairment diartika sebagai hendaya atau penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampauan dalam segi kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas (American Heritage Dictionary,1982: 644; Maslim.R.,2000:119 dalam Delphie:2006:113).
  • Penyandang tunagrahita (cacat ganda) adalah seorang yang mempunyai kelainan mental, atau tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu, adakalanya cacat mental dibarengi dengan cacat fisik sehingga disebut cacat ganda (http//.panti.tripod.com/2-10-07). Misalnya, cacat intelegensi yang mereka alami disertai denganketerbelakangan penglihatan (cacat pada mata), ada juga yang disertai dengan gangguan pendengaran. Adanya cacat lain yang dimiliki selain cacat intelegensi inilah yang menciptakan istilah lain untukanak tunagrahita yakni cacat ganda.

Penanganan pada setiap ABK memiliki cara tersendiri.Mulai dari segi akademik, pribadi dan sosial mereka. Semuanya disesuaikan dengan kondisi fisik dan mental mereka.

Tujuan : Istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retardation, mentally retarded, mental deficiency, mental detective.

Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama, yang menjelaskan kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata yang ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita atau dikenal dengan istilah keterbelakangan mental karena keterbatasan kecerdasannya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus, yakni disesuaikan dengan kemampuan anak itu.

Permasalahan anak yang tidak mampu mengikuti system pengajaran klasikal mendorong pemecahan masalah ini secara tuntas. Dengan latar belakang seperti ini Alfred Binet tampil dengan konsep baru tentang psikhologi bahwa kecerdasan tidak lagi diteliti melalui pendriaan tetapi langsunng diteliti tanpa perantara lagi. Selanjutnya Binet melontarkan pula ide baru ialah ’Mentalevel’ yang kemudian menjadi ’Mental Age’.

Untuk memahami anak tuna grahita atau terbelakang atau terbelakang mental ada baiknya memahami terlebih dahulu konsep Mental Age {MA}.

Mental age adalah kemampuan mental yang dimiliki oleh seorang anak pada usia tertentu. Sebagai contoh anak yang mempunyai usia enam tahun akan mempunyai kemampuan yang sepadan dengan kemampuan anak umur enam tahun pada umumnya. Artinya anak yang berumur enam tahun akan memiliki MA enam tahun. Jika seorang anak memiliki MA lebih tinggi dari umurnya (Cronology Age), maka anak tersebut memiliki kemampuan mental atau kecerdasan diluar rata-rata. Sebaliknya jika MA seorang anak lebih rendah dari umurnya, maka anak tersebut memiliki kemampuan kecerdasan di bawah rata-rata. Anak tunagrahita selalu memiliki MA lebih rendah CA-nya secara jelas. Oleh karena itu MA sedikit saja kurang dari CA tidak termasuk tunagrahita. MA dipandang sebagai indeks dari perkembangan kognitif seorang anak.

Menurut AAMD (American Association of Mental Deficiency) keterbelakangan mental menunjukkan fungsi intelek di bawah rata-rata secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa perkembangan (Kauffman dan Hallahan, 1986)

Keterbelakangan mental yang hanya sedikit saja tidak termasuk tunagrahita. Dikatakan bahwa bila seorang anak mengalami keterbatasan kecerdasan (IQ) dua kali standar deviasi berulah termasuk tunagrahita. Contoh, anak normal mempunyai IQ 100, maka anak tunagrahita mempunyai IQ 70 yaitu mengalami keterlambatan 2 x 15 = 30 maka diperoleh IQ 70 tersebut.

Penyesuaian perilaku anak tunagrahita bukan dilihat dari IQ nya saja melainkan dari penyesuaian diri anak tersebut. Jadi bila anak bisa menyesuaikan diri dengan lengkap ia dipandang sebagai anak tunagrahita. Terjadi pada masa perkembangan maksudnya bila ketunagrahitaan terjadi setelah dewasa maka ia tidak tergolong tunagrahita.

B. Karakteristik Anak Tunagrahita

Karakteristik umum anak tunagrahita yang dapat dipelajari adalah sebagai berikut :

  1. Keterbelakangan Intelegensi

Intelegensi merupakan fungsi yan kompleks yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilan-keterampilan kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berpikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan-kesulitan, dan kemampuan untuk merencanakan masa depan. Anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam semua hal tersebut. Kapasitas belajar anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti belajar berhitung, menulis dan membaca juga terbatas, kemampuan belajar cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo.

  1. Keterbelakangan Sosial

Di samping memiliki keterbatasan intelegensi, anak tunagrahita juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, oleh karena itu mereka memerlukan bantuan.

Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda dari usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga mudah dipengaruhi. Cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya.

  1. Keterbelakangan Fungsi – fungsi Mental

Anak tunagrahita memerlukan waktu lebih lama untuk melaksanakan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal rutin yang secara konsisten dialaminya dari hari ke hari. Anak tunagrahita tidak dapat menghadapi sesuatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu lama.

Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi tapi perbendaharaan kata kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Karena itu mereka membutuhkan kata-kata konkrit dan sering didengarnya. Selain itu perbedaan dan persamaan harus ditunjukkan secara berulang-ulang. Latihan-latihan sederhana seperti mengajarkan konsep besar dan kecil, keras dan lemah, pertama, kedua dan terakhir memerlukan pendekatan yang konkrit.

Selain itu anak tunagrahita kurang mampu untuk memperimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik, buruk, dan membedakan yang benar maupun salah. Sehingga anak tunagrahita tidak bisa membayangkan dahulu konsekuensi dari suatu perbuatan.

C. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Klasifikasikan anak Tunagrahita terdiri atas beberapa kelompok. Pengelompokan pada umumnya didasarkan pada taraf intelegensinya, yang terdiri atas keterbelakangan ringan, sedang, dan berat. Kemampuanintelegensi anak Tunagrahita kebanyakan diukur dengan Tes Stanford Binetdan Skala Weschler (WISC) (Somantri, 2006:106-108).

1. Tunagrahita Ringan

a. Tunagrahita ringandisebutjuga maron atau debil.

b. Memiliki IQ antara 68-52 pada skala Binet, memiliki IQ antara 69-55 menurut skala WISC.

c. Mampu belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana.

d. Mampu dididik menjadi tenaga kerja semi – skilled seperti pekerja laundry, pertanian, peternakan, pekerjaan rumah tangga, dan pekerja pabrik dengan sedikit pengawasan.

e. Pada umumnya tidak mengalami gangguan fisik (tampak seperti anaknormal).

2. Tunagrahita Sedang

a. Tunagrahita sedang disebut juga imbesil.

b. Memiliki IQ antara 51-36 pada skala Binet, memiliki IQ antara 54-40 menurut skala WISC.

c. Mampu mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti menghindari kebakaran, berjalan di jalan raya, berlindung dari hujan, dan sebagainya.

d. Sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti membaca, menulis, dan berhitung sederhana.

e. Mampu menulis secara sosial, misalnya menulis nama sendiri dan alamat rumah.

f. Membutuhkan pengawasan yang terus menerus.

g. Dapat bekerja di tempat kerja terlindung.

3. Tunagrahita Berat

a. Tunagrahita berat sering disebut idiot.

b. Tunagrahita berat (severe) memiliki IQ antara 32-20 menurut skala Binet, memilki IQ antara 39-25 menurut skala WISC.

c. Memerlukan perawatan secara total dalam kehidupan sehari-hari dan memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya.

Dari beberapa klasifikasi di atas, dapat diketahui tindakan apa yang tepat untuk mengembangkan kemampuan mereka. Jika belum memenuhi klasifikasi yang ditentukan (misalnya bellum bisa membaca untuk TG ringan) ada baiknya mengoreksi proses belajar yang selama ini berlangsung. Terutama keadaan psikologi si anak.