Jumat, 01 Januari 2010


TUNADAKSA

5.1 Pengertian

Secara etimologis, gambaran seseorang yang diidentifikasikan mengalami ketunadaksaan, yaitu seseorang yang mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi anggota tubuh sebgai akibat dari luka, penyakit, pertumbuhan yang salah bentuk, dan akibatnya kemampuan untuk melakukan gerakan – gerakan tubuh tertentu mengalami penurunan.

Secara definitif pengertian kelainan fungsi anggota tubuh (tunadaksa) adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal, akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan tidak sempurna (Suroyo, 1977). Sehingga untuk kepentingan pembelajarannya perlu layanan khusus. (Kneedler, 1984)

Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yan menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Jika mereka mengalami gangguan gerakan karena kelayuhan pada fungsi syaraf otak disebut dengan cerebral palsy (CP).

Pengertian Tunadaksa bisa dilihat dari segi fisiknya dan dari segi anatominya. Dari segi fungsi fisik, tunadaksa diarôhkan sebagai seseorang yang fisik dan kesehatannya mengalaami masalah sehingga menghasilkan kelainan di dalam beòhnteraksi denan lingkungan sosialnya dan untuk meningkatkan fungsinya dipeòmukan program layanan khusus. Pengerôhan yang didasarkan pada anatomi biasanya digunakan dalaam kedokteran. Daerah mana ia mengalami kelainan.

Istilah kelianan fisik (physical disability) sebenarnya tidak digunakan, namun kenyataannya definisi – definisi tersebut digunakan dalam penerapan IDEA. Istilah yang digunakan dalam undang – undang itu adalah kelainan ortopedi (orthopedic impairment) dan kelainan kesehatan lain (other health impairment).

Isilah ini didefinisikan sebagai berikut dalam Federal Register kelainan ortopedi berarti suatu keadaan penurunan fungsi ortopedik yang mempunyai efek merugikan pada prestasi pembelajaran anak. Istilah ini meliputi gangguan yang disebabkan kelianan bawaan (misalnya berkaki pengkar, hilang salah satu anggota tubuh).

Kelainan / gangguan yang disebabkan oleh penyakit (misalnya poliomyelitis, TBC tulang dll), dan kelainan oleh penyebab lain (misalnya cerebral palsy, amputasi, patah tulang atau terbakar yang menyebabkan kontraktur).

Kelainan kesehatan lain berarti memiliki keterbatan kesehatan, vitalitas atau kewaspadaan yang disebabkan oleh masalah – masalah kesehatan yang akut misalnya penyakit jantung, tuberculosis, reumatik, radang ginjal, keracunan tubuh, leukemia atau diabetes yang mengaakibatkan merugikan pada prestasi pendidikan sianak (federal register, 1990)

5.2 Karakteristik Anak Tunadaksa

Secara umum karakteristik kelainan anak yang dikatagorikan sebagai penyandang tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi anak tunadaksa ortopedi (orthopedically handicapped) dan anak tunadaksa syaraf (neurogically handicapped) (Hallahan dan Kauffman, 1991)

Menyimak keadaan yang nampak pada tunadaksa ortopedi dan tunadaksa syaraf tidak terdapat perbedaan yang mencolok, sebab secara fisik kedua jenis anak tunadaksa memiliki kesamaan, terutama pada fungsi analogi anggota tubuh untuk melakukan mobilitas. Namun apabila dicermati secara seksama sumber ketidakmampuan untuk memanfaatkan fungsi tubuhnya untuk beraktifitas atau mobilitas akan Nampak perbedaannya.

5.3 Jenis Pengelompokan Anak Tunadaksa

Ada dua katagori cacat tubuh, yaitu cacat tubuh karena penyakit polio dan cacat tubuh karena kerusakan otak sehingga mengakibatkan ketidakmampuan gerak (cerebral palsy).

Diihat dari pergerakan otot – otot penyandang cerebral palsy dikelompokkan menjadi lima jenis yaitu spastic, athetoid, ataxia, termor dan rigid.

Spastic. Anak yang menglami spastic ini menunjukkan kekejangan pada otot – ototnya, yang disebabkan oleh gerakan – gerakan kaku dan akan hilang dalam keadaan diam misalnya waktu tidur. Pada umumnya kekejangan ini akan menjadi hebat jika anak dalam keadaan marah atau dalam keadaan tenang.

Athetoid. Anak yang mengalami athetoid, tidak mengalami kekejangan atau kekakuan. Otot – ototnya dapat bergerak dengan mudah, malah sering terjadi gerakan – gerakan yang tidak terkendali yang timbul diluar kemampuannya. Hal ini sangat mengganggu dan merepotkan anak itu sendiri. Gerakan ini terdapat pada tangan, kaki, lidah, bibir dan mata.

Tremor. Anak yang mengalami tremor sering melakukan gerakan – gerakan kecil yang berulang – ulang. Sering dijumpai anak yang salah satu anggota tubuhnya selalu bergerak.

Rigid. Anak cerebral palsy jenis ini mengalami kekakuan otot – otot. Otot selalu kaku bukan merupakan daging tetapi seperti benda kerat. Gerakan – gerakannya sangat lambat dan kasar. Kondisi – kondisi anak seperti itu jelas member dampak pada aktifitas pada hidupnya.

5.4 Faktor Penyebab Anak Tunadaksa

Seperti juga kondisi ketunaan yang lain, kondisi kelainan pada fungsi anggota tubuh atau tunadaksa dapat terjadi pada saat sebelum anak lahir (prenatal), saat lahir (neonatal) dan setelah anak lahir (post natal).

Kelainan fungsi anggota tubuh atau ketunadaksaan yang terjadi sebelum bayi lahir atau ketika dalam kandungan, diantaranya dikarenakan factor genetik dan kerusakan pada system syaraf pusat.

Faktor lain yang menyebabkan kalainan pada bayi selama dalam kandungan ialah :

1. Anoxia prenatal.

Hal ini disebabkan pemisahan bayi dari plasenta, penyakit anemia, kondisi jantung yang gawat, shock, percobaan abortus (pengguguran kandungan).

2. Gangguan metabolism pada ibu.

3. Faktor rhesus.

Kondisi ketunadaksaan yang terjadi pada masa kelahiran bayi, diantaranya :

a. Kesulitan saat persalinan karena letak bayi sungsang atau pinggul ibu terlalu kecil.

b. Pendarahan pada otak pada saat kelahiran.

c. Kelahiran premature.

d. Gangguan pada plasenta yang dapat mengurangi oksigen sehingga mengakibatkan terjadinya anoxia.

Adapun kelainan fungsi anggota tubuh atau ketunadaksaan yang terjadi pada masa setelah lahir, diantaranya :

1. Faktor penyakit, seperti meningitis (radang selaput otak) encephalis (radang otak), influenza, diphtheria, partusis dan lain – lain.

2. Faktor kecelakaan, misalnya kecelakaan lalulintas, terkena benturan benda keras, terjatuh dari tempat yang berbahaya bagi tubuhnya, khususnya bagian kepala yang melindungi otak.

3. Pertumbuhan tubuh / tulang yang tidak sempurna.

Tidak ada komentar: